Ideologi
Organisasi
Sabtu,
22 Maret 2014
Setiap
organisasi merupakan salah satu jalan seseorang untuk melampiaskan
keinginannya, keinginan untuk berjuang, belajar, menambah pengetahuan dan masih
banyak lagi ulasan alasan. Organisasi manapun tidak akan terlepas dari adanya
prinsip dasar, anggota, tujuan, dan tentunya keinginan menguasai. Adalah sebuah
kemunafikan bila tidak mengakuinya. Perbedaan pendapat dalam suatu organisasi
adalah biasa, menjadi hal yang biasa pula bila memilih jalan untuk
menyelaraaskan pendapat dan menyatukan suara atau memilih suara terbanyak,
dengan begitu berarti mulai mengesampingkan prinsip satu sama lainnya. Jarang
orang memilih jalan dengan tetap mempertahankan prinsip lalu berjalan bersama
dengan tetap memegang prinsip masing-masing.
Tidak
salah jikalau saya mengutip untaian tulis dari Pramoedya.
”
kalau setinggi itu puji-pujian Tuan pada Jawa, mengapa dia bisa dikalahkan oleh
Eropa?” aku ulangi pertanyaanku. “pertama-tama karena bangsa ini selalu
mencari-mencari kesamaan,keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari
bentrok sosial. Dia tunduk dan taat pada ini, sampai kadang tak ada batasnya.
Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada suatu kompromi
kesuatu kompromi yang lain dan kehilangan prinsip. Ia lebih suka penyesuaian
daripada cekcok masalah prinsip.”
Inilah
kelemahan yang ada pada setiap organisasi, termasuk KITA? Jawabnya adalah “Iya”.
Mulai-lah berfikir kritis, kita adalah organisasi yang hanya gemuk
dengan kebanyakan anggota tapi tidak bisa apa-apa, sedang yang satunya dengan
anggota yang kurus renta tapi memiliki keinginan yang tanpa batas, kenginan
yang bukan disampaikan dengan hanya ucapan tapi dengan pembuktian yang bukan
hanya dilakukan sekali duakali, pergerakan yang mampu memupuk loyalitas
anggotanya. Mengerikan,bukan? Dan juga menyedihkan untuk kita.
Bak
kita sama-sama berdiri pada rumput yang tak berbeda, yang satunya sama-sama
mengetahui kultur kita tapi tetap mau terbuka dengan perkembangan intelektual
yang ada, sedang yang satunya setiap harinya hanya dicekoki dengan kultur tanpa
mau terbuka dengan intelektual yang semakin mengada, “tapi kita berdiri untuk
mempertahankan kultur!” jawabnya adalah tidak salah, tetapi kurang tepat.
Tujuan mempertahankan kultur bukan berarti membuat kita berada dalam jeratan
kultur itu sendiri, kita tetap bisa mempertahankan kultur tapi juga dibarengi
dengan ikut andil dalam pengetahuan yang semakin maju, kita akan ketinggalan
dalam pergerakan dan pengetahuan Intelektual karena alasan mempertahankan
kultur sedang kultur kita begitu lambat untuk mengikuti perkembangan jaman, maka
yang akan terjadi adalah organisasi tanpa perkembangan, jalan ditempat.
Oleh: Dzatu Himmah