Rabu, 19 Februari 2014

Ibu adalah ibuku Oleh; Dzatu Himmah

Ibu adalah ibuku
Oleh; Dzatu Himmah

Ibuku adalah sunyi, ibuku adalah mentari, ibuku adalah siang, ibuku adalah malam, ibuku adalah hari, ibuku adalah teman, ibuku adalah belajar, ibuku adalah tamparan, ibuku adalah berfikir,  ibuku adalah hujan, ibuku adalah panas, ibuku adalah air,  ibuku adalah rumput, ibuku adalah tanah, ibuku adalah langit, ibuku adalah beliau, ibuku adalah dia, ibuku adalah mereka, ibu adalah ibuku.
Kala ibuku adalah sunyi saat itulah ibuku berada, kala ibuku mentari saat itulah dunia akan cerah memancarkan cahaya yang tak menuntut biaya, saat ibuku siang teriklah ia datang, terkadang ibuku adalah malam yang akan senandungkan lagu suara jangkrik untuk menghantar tidur, dan ibuku adalah hari dimana semua hari adalah ibuku bukan hanya disaat hari ibu, ibuku terkadang teman yang selalu mengingatkan tentang pelajaran hidup yang pasti terdapat tamparan didalamnya guna untuk kita berfikir, ibuku menjadi hujan dan juga panas. Air-pun ibuku yang tak seorang pun mampu hidup tanpanya karena kehidupan adalah air, rumput-pun tidak menyelanya karena ia juga hidup dengan air dan tanah. Tanah yang dipasangkan dengan berbagai macam namun takkan terlepas dari langit. Semua adalah ibuku.
Ibuku sayang, tawamu adalah dedaunan yang merindangkan nan menyejukkan alam. Ibu bukan hanya itu, tak sekedar ini, tidak sebatas beliau, ataupun cuma dia, maupun mereka. Ibu adalah semuanya. Duduk disinggasana yang terbuat dari batu bata kadang membuat lupa bahwa ibu adalah semuanya, ibu adalah rakyat, dan rakyat kembali pada saya.
Oh, ibu?
Masihkah engkau masih terus berjalan walau tapak kaki penuh darah penuh nanah seperti yang disampaikan dalam lirik lagu Iwan Fals? Ibu, ibu ingin sekali aku mendesah padamu, tapi dimana dirimu. Negeri ini kejam ibu, kehidupan ini tak juga mengharapkan-ku. Aku akan menjadi jalang dan kembali pada kebebasan. Semut pun akan mati jika hinggap di tempat yang tidak menghendaki dia hinggap. Ibu, kau mendengar jerit-ku? Anakmu hampir mati dipasung dalam hukum negeri ini, hukum yang buta, hukum emosi dan hukum harta. Hartaku adalah ibu, haruskan aku membayarkan ibu sebagai pembelaan dan pembelian terhadap hukum yang buta itu.

Cihh, aku meludah didepanmu dengan benar-benar menaburi ludahku dengan kejijikan dan kebencian. Hukum macam apa ini? Peraturan seperti apa ini? Hukum adalah peraturan tapi hukum bukan digunakan untuk merampas kebebasan seseorang. Ibuku adalah semuanya maka disituah ibuku-pun menjadi hukum yang buta. Yang hendak pergi kemana-mana harus menggunakan tongkat bila ingin menyebrang harus menunggu orang untuk menyebrangkannya, barangkali yang menyebrangkan itu orang yang berniat buruk siapa tahu. Seperti itulah penggambaran sederhana terhadap butanya hukum negeri ini termasuk hukum yang terdapat didalam hukum itu sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar