hambatan adanya perbedaan cukup melebar pada aspek
kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan, persepsi, nilai-nilai yang dianut dan
hingga kecenderungan, kebutuhan serta harapan-harapan dari kedua belah pihak
yang berkomunikasitersebut tidak sama. Misalnya seorang komunikator(pembicara)
menyampaikan sesuatu kata menurut bahasa kamus (Indonesia), mengenai kata
‘’momok’’ sudah benar (segi simantiknya) adalah dimaksud sebagai hal yang
menakutkan, tetapi ternyata dalam bahasa sunda, dapat berkonotasi kurang baik
(jorok). Apalagi kalau ucapan dalam sebuah pidato atau kata sambutan pada suatu
acara yang formal dan dihadiri oleh para pejabat, tokoh atau sesepuh masyarakat
sunda, senagai akibatnya akan menurunkan citra bagi yang bersangkutan
(komunikator) sebagai akibat salah pengertian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar